Friday, August 27, 2021

siap itu dibuat apa dari sananya?

Lagi ngerasa kayak dunia ini menolak aku. Oke, aku si hobi mendramatisir. Aku berdoa pas aku daftar sesuatu, job maupun sesuatu hal yang aku suka, kalo aku siap tolong terima, kalo aku emang belom siap dan gak siap, gak usah diterima, ga papa.

Tapi setelah beberapa penolakan aku jadi merasa papa, apakah aku selalu belum siap dan belum mampu? Apa aku yang merasa capable ini sebenernya gak capable-capable banget?

Sebenernya aku decide untuk apa dan di mana? (di FIB UB, yhaaaaa~ KKN fib bosokk hahaha emosi)

Apa aku emang cuma dikasih misi buat nulis blog sampe tua yang ngga jelas html dan seo-nya (karena aku mager benerin wkwk) ((si sok ngerti SEO)) Kata Pao aku disuruh nulis novel kali, tapi.... harusnya nggak ada kata tapi, sih di dunia ini, soalnya kita bakal ngasih tapi terus.

Apa kali ini Tuhan bilang aku harus babat habis semua penolakan-penolakan sebelum aku mencapai apa yang aku mau? Tapi apa malah di beberapa penolakan-penolakan ini membuat aku hilang arah dan ga tahu apa mauku?

Aku nngak tahu capable di mata mba-mba HRD itu yang kaya gimana. sad :(

Tapi mungkin bisa jadi aku emang gak siap, dengan segala kondisi pandemi dan tetek bengek masalah interpersonal aku dengan semua ini.

"Tapi kesiapan itu dibuat nggak, sih?"

Bisa jadi kalo aku keterima aku bakal stress, sering burn out, pengen lari dari dunia. Ok drama. Tapi selama ini kena pressure, nangis, bisa juga jalanin. Keren lo! (dih memuji diri sendiri~)

Sekarang aku lagi lumayan oke, sih, duniaku oke, dia kayak mau jalan barengan sama aku meskipun hari ini datang penolakan yang bikin aku questioning sama keberadaan dan misiku ada di dunia. Mati khusnul khotimah kata Isyana, mah. (yang tau-tau aja videonya)

Padahal aku cuma mau bermanfaat.

Padahal aku cuma mau menebar manfaat dan berkontribusi buat sekitar. (~gaya lo, gak si kalo kata Sella toxic productivity)

Sebenernya diem doang aku juga bermanfaat sih, buat teman-teman dan segala tetek bengek urusan percintaannya. Hmm.






Labels:

Tuesday, August 17, 2021

lifersation two.

“Ta, ngga mau di sini aja?”

“Di mana?”

“Di hidup gue.”

“Engga, gue ngga sanggup.”

“Kenapa?”

“I haven’t ready for commit, I fucked up with myself, my life, my sleep schedule, my purpose..”

“Gue ga minta?”

“Terus?”

“Yaaa.. kaya gini aja, gajelas.”

“Yang penting?”

“I am beside you, you’re beside me, when we need each other, we do. When I need dinner mate, you have to. When you need someone to accompany you to go to somewhere in the middle of nowhere , I will.”

“But, when we need to leave each other, we communicate.”

“Lo suka relation yang kaya gitu?

Sometimes kita harus accept, kalo hidup kadang emang butuhnya yang gini-gini aja biar ga stress.”

 

Labels:

Monday, August 9, 2021

Hidup untuk apa; mati untuk siapa

Harus sabar katanya, harus lapang dada katanya.

Tapi nggak pernah ada yang ngajarin,

nggak ada yang mau sama-sama melajarin,

harus belajar dan cari tahu sendiri.

Ada beberapa orang yang kirain mau belajarin bareng,

ternyata cuma kirain.

 

Hidup ini emang punya kita doang, yang lain ngga ada, enggak. Ngontrak.

Aku deng.

 

Padahal kamu cuma mau didenger, kan?

Aku juga sama, dia juga sama, mereka juga sama.

Tapi kita semua nggak mau diem dulu buat denger dulu.

Trabas aja nggak mikirin yang lain-lain.

Aku juga, kadang.

Terus aku sendiri yang patah, nggak tahu maunya apa.

Hidup untuk apa; mati untuk siapa.

 

Mau ngejar apa yang dimau, yang dimau nggak mau.

Nafas berat; mau matipun masih pengen makan sate.

 

 

 

Labels:

Tuesday, August 3, 2021

mereka bilang

Dunia ini seperti malam-malam sumbang,

riuh-riaknya tak terbayang.

Berjingkat ke sana ke mari,

tapi tetap saja berganti hari.


Siang hari selalu tidak memikat,

bak tiada secercahpun berkat,

riuh-riaknya selalu dirasa singkat.


Katanya, kesedihan dan kesenangan akan silih berganti.

Faktanya, hanya kesedihan yang datang menghampiri.

Mereka bilang, jika ingin maka cari sendiri,

berlari ke sana ke mari tidak pula kutemui.

Mereka bilang, senang itu sumbernya dari dalam diri, maka kutelusuri malah semakin rendah diri.

Mereka bilang, kesabaran ialah janji-janji penuh arti.

Bukan kepalang, kelapangan seperti hanya datang kepada manusia pemikat atensi.

Labels: