masa sekarang

Waktu juga nantinya akan membunuh perasaan ini. Lama-lama ia akan hilang dan pudar dari tempat persembunyiannya. Bahkan mungkin, perasaan yang ada sekarang, hanya kamuflase perasaan takut kesepian dan sendirian, bukan lagi perasaan cinta atau menyukai. Pun jikalau nanti waktu malah memupuk kembali perasaan ini, aku juga tidak bisa mencegahnya. Tapi nantinya, segala hal bukan tentang kita lagi. Seperti yang kemarin-kemarin, seperti yang sudah-sudah. Hal yang paling perlu aku rasakan sekarang cuma rasa menerima dan syukur. Bukan lagi bertanya, hidup aku kurangnya apa sampai aku masih merasakan kehampaan ini. Bukannya perasaan ini merupakan perasaan yang telah bersemayam di dalam diriku selama bertahun-tahun. Sekarang aku kembali ke mode aku yang menunggu, menunggu untuk ditemukan seseorang (lagi). Tapi mungkin saat ini keberuntungan akan cinta belum berpihak padaku. I can't force someone to stay. If they want go, I let them go. 

Tapi orang nggak bisa ujug-ujug datang dan menawarkan cinta, wa. All need process and i am not yet ready to have it. Aku nggak menilai semua laki-laki sama, tapi setelah aku merasa aku sudah berusaha penuh dan kemudian kecewa untuk yang kedua kalinya, aku sudah merasa cukup. Ternyata nggak ada yang peduli seberapa apa yang aku upayakan, setiap orang punya pilihan sendiri untuk tinggal atau meninggalkan. Dan kali ini mereka memilih meninggalkan, lagi. Kalau aku bisa memutar waktu, mungkin lebih baik aku sama sekali tidak pernah paham tentang apa itu cinta romantis dan fokus hidup dengan diriku sendiri. Karena ternyata berkali-kali aku mencintai dan jatuh cinta, aku selalu terlampau jatuh dan jauh, aku kurang bisa mengontrol perasaan ini, aku kurang bisa menghargai diriku sendiri. 

Tapi waktu terus berjalan, usiaku juga semakin bertambah, orang-orang silih datang berganti, perpisahan di depan mata. Ternyata memang di hidup ini kita harus berkawan dengan waktu dan perpisahan. Tapi aku selalu ingin lari, aku tidak pernah merasa bisa menghadapi perpisahan dengan siapapun, tapi nyatanya sekarang aku di sini. Melewati kecamuk perasaan yang pernah terjadi di masa lampau. Apa aku harus ke Jakarta, ya? Apa aku harus ke Tokyo? Untuk lari dari segala perasaan yang aku kesalkan ini. Tapi ternyata sejauh manapun aku lari, rasanya sama saja. Kalau bisa request, aku juga tidak pernah ingin sebegininya, tapi di balik faktor-faktor yang menyebabkan aku sebegininya, aku tahu persis.

Comments

Popular posts from this blog

How was your day, Wa?

Hari-hari ke sekian