Review Budi Pekerti abal-abal

Part yang paling emosional menurut aku adalah pas Bu Prani keluar dari sekolah terus dianterin murid-muridnya pulang ke rumah. Film ini nggak menyuguhkan apa yang penonton mau, (ending yang happy, penyelesaian konflik yang baik, keadilan bagi yang terdzolimi) GAK! Film ini menyuguhkan realita apa yang benar-benar terjadi di masyarakat sekarang. Apa dikit konten, Angga (Muklas) merepresentasikan gimana generasi sekarang udah disetir sama internet, netizen, popularitas, dia berusaha menghalalkan segala cara buat mendongkrak popularitasnya dan menjaga nama baiknya. Even sampai mengorbankan keluarga, dan segala caper jedot-jedotin pala. Juga apa yang disuguhkan di internet (motivasi, kebaikan, apalah) pas di dunia nyata juga itu motivator (Muklas) gak mencerminkan sifat baik dan motivasi yang dia usung. Jujur aku sangar-sangat ke-trigger pas Gora marah-marah mukul-mukul air (idk) tapi pada akhirnya diakhiri dengan penyelesaian epic pas Bu Prani dan Gora mencoba metode relaksasi yang dikontenin Muklas. Untung di sini Prilly (Tita) jadi anak yang waras, nggak keikut arus dunia maya kayak Muklas. Terus di mana keluarga Mbok Putu sing nesu-nesu padal yo Mbok-nya setuju buat dipublikasikan, bener kata Tita, “Emangnya Mbok (lupa namanya) gak boleh punya hak untuk milih apa yang dia mau”. Insight baru buat aku, di mana di film dibahas kalo gak semua viral-viral, putu viral, bakso viral, apa viral, menguntungkan pelanggan, selama ini aku mikirnya juga, Alhamdulillah, laris, banyak untung, despite of that OIYA JUGA YA ada sisi psikologis, pikiran maupun physical yang harus ditanggung sama mereka.  DAN HOW Bu Prani’s family treat Didit (suami dan bapak dari anak-anaknya) meskipun dia bipolar, keluarga ini tetep sayang sama Didit, nyari Didit kalau dia ilang, dengerin Didit kalau dia ngoceh, kayak THAT’S WHAT WE SHOULD DO kalau punya anggota keluarga yang kena mental illnes>< And at the end… ya begitulah ending yang bukan penonton harapkan namun ending yang benar-benar terjadi di tengah masyarakat. “Kalih viral-viral menika… Salah apa bener itu cuma perkara siapa yang paling banyak omong” Bagaimana bisa begitu mudahnya internet dan warganet menyetir hidup kita? Sebenarnya hidup ini milik siapa, sih?

Comments

Popular posts from this blog

mungkin di lain petang.

Belum tahu.

Pulang