Friday, December 25, 2020

days.

Aku suka pagi hari, karena aku tau aku harus bangun lalu melakukan aktivitas. Entah itu cuma nonton, makan, mandi. 

Kemudian di pagi menuju siang, aku mulai entah-entah. Memikirkan mengapa hidupku berjalan sangat lamban dan bosan. Questioning, mengapa hidupku kayak gini? Aku mulai enggan beraktivitas. 

Aku juga suka malam hari, tandanya habis ini aku harus tidur. Nggak usah mikirin apapun. Tidur. Besok bangun untuk menemui pagi hari yang kusuka, melakukan aktivitas, mandi seperti membuatku lahir kembali haha.

Habis itu aku kepikiran lagi,

kenapa hidupku seperti ini? Lagi, bertemu malam, aku harus tidur, aku suka.

Labels:

Monday, December 14, 2020

(Mungkin) memaknai hal kecil.


Rutinitas gue tiap pagi abis mandi yang pasti nggak lupa skincare-an, semata-mata gue paham kulit gue butuh makan alias nutrisi dan harus disayang-sayang haha. Abis skincare-an nih, gue pasti selfie, awalnya cuma buat mau tau, perkembangan jerawat gue kayak gimana, nambah apa kurang, bekas jerawat gue makin memudar apa ngga, pori-pori gue bersih apa kotor, tapi lama-lama sekarang, gue suka banget merapal ke diri gue sendiri, bersyukur dengan apa yang gue miliki, somethin' like that bullshit "gila cantik banget sih". Bukan gue menyangkal kalau gue jelek, tapi gue emang ngerasa gue cantik hahaha lol. 

Bersyukur juga karena, Alhamdulillah gue masih bisa ngerasain cukup dan syukur walaupun kulit gue belom sebagus gimana-gimana, karena menurut sepenglihatan gue, ada orang yang udah cantik dari sananya, dia cantik menurut semua orang, tapi masih belum bisa punya rasa cukup dan syukur atas dirinya, enggak papa. Gue nggak blaming. Itu semua emang namanya proses. 

Gue juga sampai di titik inipun melewati banyak banget air mata yang... kalo ditampung di ember bisa ratusan ember. Gue juga melewati hari-hari buruk di mana gue nggak pengen ketemu siapa-siapa dan cuma pengen bersembunyi di balik selimut. Dan nggak ada yang tau, kalau suatu saat fase itupun bisa kembali lagi di hidup gue. 



Labels:

Fase



Sebenernya emang semua itu fase, kok.

Kayak, chat kalau ada butuhnya doang. Kalau perlu aja. Yaa bagus masih ada yang butuhin, daripada nggak sama sekali, kan.

Tandanya disaat mereka‒temen-temenku, pada kesulitan, di kepalanya langsung keinget, "Oiya wawa pasti tau, wawa pasti bisa jawab ini, wawa pasti paham gimana caranya".

Walaupun,

kadang aku sebel dan kesel, misalnya lagi pengen chatting seharian sama si A, tapi dia malah gabur-in chat-ku. Padahal, kadang aku juga nggak sadar, bahkan sengaja gaburin chat mereka, yaa kadang karena lagi nggak pengen aja, tapi kadang juga karena emang sibuk dan banyak hal lebih penting, sih.

It's OK! Aku mulai memahami, sih.

Yang pasti, semoga mereka sehat-sehat dan bahagia sedikit sedihnya. 

Kalau mau nanya, minta tolong, jangan malu-malu gara-gara udah lama nggak bertergur sapa. Walaupun kadang aku juga greget kalau ada yang minta tolong hal-hal yang sebenernya bisa dicari sendiri di Google:).

Tapi, setelah aku tahu ternyata googling-pun juga butuh skill, oke aku paham.

Aku baca di sini kemarin.

https://twitter.com/nmonarizqa/status/1332953179491770369?s=19

Labels:

Sunday, December 13, 2020

Curhat Minggu Sore

Photo by Vled Bagacian from Pexels.



Dari pandemi ini aku banyak belajar, belajar tentang diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Aku merasa aku ini introvert, karena biasanya untuk nge-charge diri, aku prefer buat menghabiskan hari di kosan sendirian.

Tapi semakin ke sini, ternyata semua itu jadi fleksibel.

Pandemi ini buat aku seperti kehilangan banyak. Menyadari hal-hal banyak.

Ternyata, aku juga perlu untuk nge-charge diri ketemu orang lain, ketemu sekelompok orang yang aku kenal baik. Aku perlu. Meanwhile di kota inikota kelahiranku, aku nggak punya seseorang. Hal-hal yang menurutku sangat menyulitkan dan menyakitkan di masa pandemi ini adalah, di sini aku ngga punya siapa-siapa‒kecuali keluarga, dan kalo aku ke Malangpun temen-temen deketku juga nggak ada. Terus aku harus ke mana? Sama siapa?

Inner child aku bilang, aku adalah manusia yang sering merasa kesepian dan kuper.

Boleh bilang aku lebay, tapi aku rasa banyak orang-orang di luar sana yang merasakan hal yang sama. Akupribadi yang nggak suka telponan, lebih suka chat, nggak suka kelamaan video call, sangat-sangat tersiksa menjalani kepanitiaan atau organisasi online yang sering ngadain rapat. Bahkan aku sempet, phobia sama aplikasi Line, karena organisasi yang aku ikutin dan aku memiliki tanggung jawab di dalamnya lebih banyak menggunakan aplikasi Line daripada Whatsapp. Iya sampe segitunya, takut banget dapet notif Line atau buka Line. Mungkin menurut kalian aneh, tapi serius kejadian di aku.

Mungkin, yang tadinya aku pengen aktif lagi di organisasi, jadi nggak jadi, kalau semester depan masih online.

Walaupun kadang aku juga ngerasa itu menyenangkan, tapi aku lebih banyak ngerasa beban dan tersiksanya. Aku merasa secara mental aku nggak kuat untuk terus kayak gini, dan lebih baik aku mencegah hal yang sama terulang lagi, bukan?

Tapi jujur, aku sebenernya pengen ikutan lagi, tapi aku takut, takut malah beban dan self blaming.

Kayakkenapa aku selalu salah pilih jalan? Kenapa hidupku seperti nggak ada yang benar-benar aku?

Aku kangen ketemu orang-orang, aku kangen ngobrol sama orang-orang, aku kangen, bukan, aku butuh. Ternyata sebuah pertemuan precious banget ya, baru sadar gara-gara pandemi. Nggak sih, udah sadar daridulu, dari aku yang selalu sempetin kalau ada yang pengen ketemu sama aku. Tapi abis pandemi gini lebih kerasa precious-nya.

 

 

 

 

 

 

Labels: