Sunday, December 13, 2020

Curhat Minggu Sore

Photo by Vled Bagacian from Pexels.



Dari pandemi ini aku banyak belajar, belajar tentang diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Aku merasa aku ini introvert, karena biasanya untuk nge-charge diri, aku prefer buat menghabiskan hari di kosan sendirian.

Tapi semakin ke sini, ternyata semua itu jadi fleksibel.

Pandemi ini buat aku seperti kehilangan banyak. Menyadari hal-hal banyak.

Ternyata, aku juga perlu untuk nge-charge diri ketemu orang lain, ketemu sekelompok orang yang aku kenal baik. Aku perlu. Meanwhile di kota inikota kelahiranku, aku nggak punya seseorang. Hal-hal yang menurutku sangat menyulitkan dan menyakitkan di masa pandemi ini adalah, di sini aku ngga punya siapa-siapa‒kecuali keluarga, dan kalo aku ke Malangpun temen-temen deketku juga nggak ada. Terus aku harus ke mana? Sama siapa?

Inner child aku bilang, aku adalah manusia yang sering merasa kesepian dan kuper.

Boleh bilang aku lebay, tapi aku rasa banyak orang-orang di luar sana yang merasakan hal yang sama. Akupribadi yang nggak suka telponan, lebih suka chat, nggak suka kelamaan video call, sangat-sangat tersiksa menjalani kepanitiaan atau organisasi online yang sering ngadain rapat. Bahkan aku sempet, phobia sama aplikasi Line, karena organisasi yang aku ikutin dan aku memiliki tanggung jawab di dalamnya lebih banyak menggunakan aplikasi Line daripada Whatsapp. Iya sampe segitunya, takut banget dapet notif Line atau buka Line. Mungkin menurut kalian aneh, tapi serius kejadian di aku.

Mungkin, yang tadinya aku pengen aktif lagi di organisasi, jadi nggak jadi, kalau semester depan masih online.

Walaupun kadang aku juga ngerasa itu menyenangkan, tapi aku lebih banyak ngerasa beban dan tersiksanya. Aku merasa secara mental aku nggak kuat untuk terus kayak gini, dan lebih baik aku mencegah hal yang sama terulang lagi, bukan?

Tapi jujur, aku sebenernya pengen ikutan lagi, tapi aku takut, takut malah beban dan self blaming.

Kayakkenapa aku selalu salah pilih jalan? Kenapa hidupku seperti nggak ada yang benar-benar aku?

Aku kangen ketemu orang-orang, aku kangen ngobrol sama orang-orang, aku kangen, bukan, aku butuh. Ternyata sebuah pertemuan precious banget ya, baru sadar gara-gara pandemi. Nggak sih, udah sadar daridulu, dari aku yang selalu sempetin kalau ada yang pengen ketemu sama aku. Tapi abis pandemi gini lebih kerasa precious-nya.

 

 

 

 

 

 

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home