Posts

Showing posts from 2019

Apa itu Cinta?

Puisi cinta ini baru saja kutuliskan sore ini, Sore ini ketika sepulang dari kampus lalu cepat-cepat membuka laman ini karena penasaran, Tiba-tiba terlintas dalam pikirku, Kapan ya aku akan merasakan cinta itu lagi? Saat ini aku sedang mengagumi seseorang, awalnya karena parasnya yang rupawan, Hingga saat ini sih masih sebatas itu, belum ada kemajuan Sampai aku mencari sosial medianya, ternyata dia menyukai fotografi. Hanya sebatas itu. Aku belum tahu apa-apa lagi tentang dia. Dan dia senantiasa tidak tahu apapun tentang aku, bahkan nama saja mungkin tak tahu, aku benci, aku benci diriku sendiri, karena selalu begini, menyukai seseorang diam-diam hingga Ia pergi jauh, Mungkin ini yang ketiga kalinya, ya mungkin. Apa selalu begini nasib perempuan? Perempuan yang tidak terlalu menarik parasnya. Namun, kadang, aku terlalu nyaman dengan keadaan seperti ini. Layaknya air yang selalu mengalir ari hulu ke hilir, sudah terbiasa. Terbiasa untuk tidak dianggap ada, terbiasa unt

.

i want to delete this blog.

Belum tahu.

Ketika aku sedih, aku butuh cerita, ketika akan cerita, aku butuh seseorang yang tepat. Tapi, ketika seseorang yang tepat itu nggak ada. Aku butuh makan, memakan sesuatu yang aku sukai, atau sesuatu yang jarang aku makan dalam kehidupan sehari-hari akan membuat perasaanku lebih baik. Namun, ketika aku butuh makanan, maka aku harus mengeluarkan sejumlah uang. Ketika sedih, nggak ada seseorang yang tepat, nggak ada uang. Lengkap banget rasanya kesedihan itu. Walaupun kadang, ketika ada seseorang yang tepat aku nggak perlu cerita, aku cuma butuh pundaknya, wajahnya nyata di depan wajahku, tangannya nyata mengelus puggungku, perilakunya senantiasa sabar menghadapi segala emosiku. Kalau dulu, waktu kita masih bareng-bareng. Kalo aku sedih mereka selalu menjadi rumah. Sekarang, di kota yang entah sudah dapat kusebut rumah atau belum ini, aku seperti tidak mempunyai siapa-siapa. Mungkin ada, beberapa yang kusebut teman. Dan aku bahagia memiliki mereka. Namun, rumah tetaplah rumah. Ras

Insecurity.

Belakangan ini aku sedang di titik terendah. Merasa sendiri, merasa diasingkan, merasa semua mulai bosan dan pergi. Merasa jelek, buruk rupa, tidak cantik. Bahkan, biasanya yang aku suka GR kayak, "ih kayaknya dia perhatiin aku terus deh".  ( I think, some people often think like this yea). Aku mengganti dengan, ''nggak mungkin ada, ah mana mungkin, nggak panteslah, perasaan lo kali". Bahkan lagi, aku tidak percaya, if there's someone crush on me. Karena aku merasa se-tidak berharga itu. Se-tidak pantas itu untuk disukai, apalagi dicintai. Rich me. I want to spread positive things, but I am the one of negative things.

Jangan Dibaca.

Have you ever thought, am I valuable in someone else's life? Saya tahu pikiran saya ini bodoh, mungkin, saya akan terlihat berharga ketika dilihat dari sudut pandang orangtua saya. Karena memang seharusnya peran setiap orangtua memang seperti itu. Seharusnya, saya katakan. Karena tidak semua orangtua seperti itu juga,sih. Sekarang ini, saya sedang kesal, otak saya sedang kebanyakan mikir. Ada hal-hal yang membuat saya stress: ketika saya menjadi anak kos dan tidak punya uang sehingga tidak bisa makan, ketika saya tidak memiliki teman, ketika.. sebentar saya pikir dulu. Dari SMA, saya selalu merasa, selalu merasa tidak begitu penting di kehidupan seseorang, bahkan dalam circle pertemanan saya. Seperti, ada atau tidak ada saya. No problem. They won't care. Tetapi, saya selalu berusaha untuk yasudah sih, berusaha untuk selalu, it's OK, kan yang penting ada seorang dua orang yang sangat berteman dengan saya. Karena kalau dulu, circle saya itu anggotanya banyak. Sudah la

Dimana?

Kukira kau rumah nyatanya hanya aku sewa. Kamu yang kucari, ketika aku membutuhkan seseorang. Kamu yang kucari ketika aku lelah akan semua pengharapan ini. Aku kira, kamu akan terus peduli. Aku kira kamu akan selalu sedia mendengar. Aku kira kamu akan selalu dan tetap akan selalu bisa kusebut rumah. Tetapi, ternyata semua itu hanya aku kira. Nyatanya kamu enggan. Nyatanya kamu tidak tinggal. Nyatanya hanya aku. Selalu hanya aku.

-

Kalau orang lain percaya diri kenapa aku enggak? Sudah, tidak perlu insecure.

New Journey

Kalau kamu diberi dua pilihan, antara bergantung kepada orang lain atau orang lain bergantung padamu. Kamu pilih mana? Mungkin jawaban itu juga tergantung. Kalau saja kamu mau bergantung kepadaku, lalu jika kita sudah satu frekuensi aku akan selalu berusaha untuk tidak meninggalkanmu kemudian. Yang aku takutkan sekarang, akulah yang sedang bergantung pada orang lain, aku takut jika, mereka meninggalkanku begitu saja, sehingga aku tidak tahu akan bergantung kepada siapa lagi? Dalam hidup, akan selalu ada cocok dan tidak cocok, nyaman dan kurang nyaman, sama dan beda. Lalu kita yang mana? Semua ini adalah bagian dari awal petualangan. Lalu kapan tengahnya? Kapan selesainya? Kapan ketemunya?  Dan aku tidak ingin bertanya, akan berujung kapan dan kemana. Karena aku ingin pertemanan ini tak berujung.

Curhat. Dihapus kalo udah malu.

Gue kira selama ini gue udah ikhlas. Udah yaudah aja gitu. Tapi nyatanya hari ini, sore tadi, mendengar pengumuman lagi. Lantas, di hati gue seperti ada suatu rasa yang nggak seharusnya ada. Biasa kita sebut didalam kehidupan sehari-hari, iri. Di benak gue pun langsung muncul serentetan kalimat setan. Mengapa, kenapa, kok gue nggak gitu, kok gini, kok gue gitu. Kemudian gue bertanya-tanya dengan diri gue sendiri. Oh Shit! Jadi selama ini kamu belum ikhlas toh? Jadi selama ini ego pikiranmu masih memenangkan semua itu? Pernah nggak sih kalian, berperang sama ego kalian sendiri? I think ikhlas akan jadi gampang buatku. Selama ini aku selalu saja bisa menerima semua takdir yang sudah diberi oleh-Nya (biasa disebut qanaah). Namun, sampai detik ini juga. Egoku masih sama. Inginku masih sama. Harapanku masih sama. Penyesalanku masih membekas. Aku masih iri. Melihat manusia lain yang bisa berada di hal yang ia sukai, berada di tempat yang dekat dengan orang-orang yang aku saya

Keluh kesah.

Diam bukan berarti sedang galau, melamun bukan berarti sedang banyak pikiran. Kadang kita tiba-tiba aja diam melihat ke suatu arah sambil mikir.  Memikirkan memaknai hidup, memikirkan dan merenungkan apa saja yang sedang ada dan telah pergi dalam hidup kita. Apakah selama ini yang kita lakukan sudah benar? Apakah selama ini kita sudah bahagia dengan segala yang ada di hidup kita? Apa segala pencapaian ini cukup bagi kita? Kembali lagi kita bertanya pada diri sendiri, apa tujuan dari hidup ini sebenarnya? Mati kah? Bersenang-senang bersenda gurau lalu kembali ke Illahi? Apa seperti itu? Sebentar-sebentar, ini saya nggak lagi ngomongin orang lain. Tapi saya lagi membicarakan diri saya sendiri. Apa saya bakal bahagia kalo punya uang banyak tapi tertekan sama pekerjaan saya nantinya? Oke saya sebenernya hanya sedang bingung dengan hidup saya, akan dibawa kemana kedepannya. Agar hidup saya dapat lebih bermakna untuk saya begitupun orang-orang lain di sekitar saya. Pernah n

Sedikit tentang (2)

Adakalanya kita perlu diam, Merenungi setiap kejadian yang hinggap, Menertawakan hal-hal konyol yang baru saja terjadi, Menyumpahi beberapa kejadian menyebalkan, Agar kita tahu, agar kita mengerti. Hidup nggak melulu soal uang, Hidup nggak melulu soal cinta, Nggak melulu harus serius. Hidup cuma perlu dinikmati.

Sedikit tentang.

Hidup itu terlalu sederhana, kalau kamu habiskan cuma buat senang-senang aja. Hidup itu terlalu indah, kalau kamu habiskan cuma buat menangisi kepahitan. Di hidup ini, jika ada orang yang datang kepadamu maka akan ada pula orang yang pergi darimu. Memang, kata yang paling nyaman untuk merasakan hidup ini cuma ''Kita Jalani Aja Dulu''.

Tulisan 07:02

Pada suatu masa, kita yang udah terlalu capek buat membenahi gaya hidup biar kayak hidup orang lain akan capek dengan sendirinya. Dan kembali pada sikap bodo amat. Itu yang sedang aku rasain. Aku membenahi gaya hidup dan terus begitu, emang karena aku suka, dan aku terobsesi. Bisa dibilang begitu. Kemudian, aku merasa bahwa aku nggak akan bisa seperti mereka. Karena, ya sejatinya emang manusia diciptakan berbeda-beda. Keadaan, situasi, dan kondisinya. Pada akhirnya, aku merasa lelah dan menyerah. Dan berakhir menjadi diriku sendiri. Aku nggak pernah merasa hidupku jadi seapa adanya kayak gini.

Nggak penting.

Sometimes, just with this blog I feel alive. Because I can say anything here. Without knowing what people's views are with what I write. Even though, sometimes I hope someone just likes or comments on my  writing  . But, sometimes also feel embarrassed. Kalo tulisanku sedang lebay. Hehe. Tapi, sabodo teuing eta mah. Yang penting aku senang kalo abis nulis.  Sebenarnya ada manfaatnya nggak sih aku nge-blog gini buat orang lain. Or just for me wkwk. Yaa semoga ajaa ada yang bisa mengambil pelajaran, atas apa yang sudah aku tulis disini. Ketik sih ya, bukan tulis. Siapa tahu, kapan-kapan aku jadi blogger beneran. I prefer to be a blogger sih, than youtuber. Lebih tepatnya travel blogger mungkin atau blogger influencer. Nggak se-serius itu aku mau jadi youtuber. Kayak yang orang lain lihat. Biasa aja, sih.

Sedative Sentence.

Kadang, pada suatu masa. Seseorang akan rindu rasanya dicari. Rasanya dirindukan. Rasanya dimengerti apa keinginannya. Rasanya dihafal apa makanan kesukaannya. Rasanya dihafal bagaimana cara dia membalas pesan. Rasanya ditenangkan ketika dia sedih. Nggak melulu mesti laki-laki sama perempuan. Bisa jadi ibu dengan anak. Kakak dengan adik. Teman dengan teman. Ada juga suatu masa, Ketika seseorang capek mencari Capek merindukan. Capek mengerti. Capek menenangkan seseorang. Because actually, every human being really needs each other.

Keresahan.

Mungkin bukan cuma aku yang capek. Semua, kalian capek. Tapi kali ini aku bener-bener capek. Bener-bener ngerasa hidupku nggak berharga. Buat aku sendiri dan buat siapapun. Padahal, kayaknya baru kemarin aku senang-senang. Aku hidup disebuah rumah yang bukan kayak rumah. Aku punya temen banyak tapi aku kayak nggak punya teman. Aku benci merasa kayak gini. Udah lama banget aku nggak merasa insecure kayak gini. Underestimate sama diriku sendiri sampai sebegininya. Aku bahkan udah lupa, apa obat yang paling ampuh buat menghilangkan perasaanku yang kayak gini. People think, maybe I can tell someone to care. Tapi, sampai sekarang aku belum menemukan manusia yang tepat. Aku cuma butuh manusia yang mau mendengarkan, tanpa sok menggurui. Aku murni curhat, karena selain aku bingung mau cerita dimana, mungkin yang ngerasain kayak gini bukan aku aja. Mungkin kalian pernah merasakan juga dan mungkin udah menemukan obat. Aku minta tolong sama kalian, kalo tau apa itu obatnya kasih tau

Untuk mewakili kamu yang sedang mencintai dalam diam.

Kepada kamu yang namanya selalu ku elu-elukan dalam angan, Apa kabar, sudah terlalu sering menghiasi awal percakapan. Sehingga mungkin, bagi kebanyakan manusia, kalimat itu sudah basi Dan hanya sebuah tanda basa-basi. Namun, apa kabar yang ku maksud berbeda. Apa kabar yang ku maksud; lebih luas. Aku bukan hanya ingin mendapat jawaban singkat, Seperti baik misalnya. Aku ingin lebih dari itu. Aku ingin, Kau ceritakan segala keluh dan kesahmu, Segala amarahmu yang selama ini sempat membuatmu hancur walaupun hanya sepersekian detik, mungkin. Segala yang tidak akan diketahui orang lain, selain aku. Bersediakah kau? Lalu, kamu yang membaca ini hanya diam. Tidak tahu harus merespon apa, katamu aku bercanda. Katamu semua ini tidak mungkin. Kemudian, kamu pergi dan menganggap semua hanya ilusi. Aku bertanya pada diri, Bukankah ini sebuah hak asasi untuk jatuh hati kepada siapa saja. Pada akhir cerita, yang tak pernah kamu ketahui ujungnya. Aku

Tentang hari ini untuk esok.

Semakin hari pasti kita semakin berkurang usia. Dari situ pemikiran kita juga pasti berubah, seiring berjalannya waktu. Kalo kalian suka mikir,sih. Hehe. Kalo nggak, ya stagnan. Gitu-gitu aja. Saat ini, masalah percintaan dan hal-hal yang berbau hanya senang-senang doang udah bukan lagi prioritas. Eh tapi, dulu waktu sma cinta juga bukan prioritas,sih. Karena emang nggak punya, haha. Masa sekarang ini, bagi aku prioritas yang sekarang aku ingin cari dan gali lebih dalam. Semua hal tentang mimpi aku. Gimana caranya aku bisa mewujudkan mimpiku, gimana caranya aku bisa berguna bagi manusia lain, gimana aku harus punya relasi yanh banyak, gimana harusnya usahaku saat ini buat menjadi Tsamara yang aku inginkan nanti. Dan emang namanya manusia, terlalu mengkhawatirkan apa yang akan terjadi di masa depan atau membunuh masa mudanya. Tapi bagi aku, this isn't kill . Semua ini emang sebuah effort . Dan harus ikhlas dalam menjalaninya. Aku terus mencoba ikhlas. Belajar setiap hari,

T(samar)

Someone has broken my dream.  Dan hidupku menjadi porak poranda.

Bimbang

Gue lagi ingin curhat aja. Gue sedang selisih paham sama orangtua gue, pemikiran gue idealis. Apa yang ada yasudah jalani. Apa yang akan terjadi nanti, yasudah pasti sudah ada takdirnya. Tapi mereka tidak. Gue ingin sekali kuliah jurusan komunikasi. Cause gue merasa ya disitu tempat yang pas buat gue, yang nggak mesti gue berpura-pura menjadi orang lain. Awalnya mereka mengiyakan apapun pilihan gue. Namun, semakin dekat dengan keterwujudan mimpi itu. Mereka nggak ingin gue mengambil jurusan itu karena bagi mereka, komunikasi prospek kerjanya sulit. Mereka membandingkan gue yang bahkan belum memulai apa-apa dengan manusia manusia lain yang kurang beruntung ketika lulus dari jurusan komunikasi. Gue berfikir bukankah takdir setiap insan sudah ditentukan? Dan nggak melulu lulusan jurusan komunikasi seperti mereka. Dan sekarang mereka memaksa gue meminta gue untuk memilih jurusan pendidikan. Gue nggak bisa. Gue yakin gue nanti bakal bisa mewujudkan impian gue, menjadi jurnalis,reporter,pen